Minggu, 01 April 2018

Menjaga Kebersamaan dan Kekeluargaan dengan Magibung

SABAN Saniscara Kliwon wuku Landep atau lebih dikenal dengan sebutan Tumpek Landep, warga Dadya Selingket tumpah ruah memenuhi Pura Dadya Selingket di Desa Pidpid, Kecamatan Abang, Karangasem. Piodalan pura yang terletak di kaki Gunung Agung tersebut memang jatuh setiap Tumpek Landep. Warga berdatangan dari berbagai daerah, seperti Denpasar, Klungkung, Gianyar, Buleleng untuk melakukan persembahyangan. Nah, ada sebuah tradisi menarik yang masih dipertahankan oleh krama di pura ini, yakni magibung. Yang berasal dari Karangasem pasti sudah tidak asing dengan tradisi yang satu ini.

JAGA TRADISI - Magibung adalah salah satu tradisi di Karangasem yang masih dipertahankan hingga kini.


Magibung dapat diartikan makan bersama-sama dalam satu wadah makanan. Di pura ini, seusai muspa, warga tidak langsung pulang melainkan disilakan magibung di jaba pura. Biasanya, 5 hingga 6 orang membuat kelompok, kemudian duduk menyantap makanan dalam porsi jumbo yang disajikan di atas klakat (bambu yang dianyam, berfungsi serupa nampan). Laki-laki berkelompok dengan laki-laki, perempuan berkelompok dengan perempuan. Menunya, tentu saja makanan tradisional masyarakat Bali: sate dan lawar.

Di Karangasem, magibung tidak hanya digelar pada saat upacara keagamaan di pura. Magibung juga digelar pada kegiatan-kegiatan adat, misalnya nelu bulanin (tiga bulanan), mapandes (potong gigi),  dan pawiwahan (pernikahan).


Tujuan dari magibung adalah untuk memupuk kebersamaan dan kekeluargaan. Selain itu, makan beramai-ramai akan membuat makanan terasa lebih nikmat. Setuju nggak?

KEBERSAMAAN - Magibung untuk menjaga kekeluargaan dan kebersamaan. Tampak beberapa orang magibung usai persembahyangan di Pura Dadya Selingket di Desa Pidpid, Kecamatan Abang, Karangasem, Sabtu (31/03/2018).

Tapi perlu diketahui, ada aturan tak tertulis
lho ketika magibung di Desa Pidpid. Meskipun sudah kenyang dan selesai makan, jika kelompok lain belum berdiri, kita pun tidak boleh berdiri. Kita harus tetap duduk menunggu yang lain selesai. Dengan kata lain, mulainya barengan, selesainya pun harus barengan. Setelah kelar magibung, barulah warga mepamit alias pulang ke rumah masing-masing.



Sekian tulisan mengenai magibung. Harapannya, semoga tradisi ini tetap lestari. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya ya...
Tonton videonya driki nggih semeton

Tidak ada komentar:

Posting Komentar