Selasa, 10 April 2018

Rossi Marah Besar dan Satu Pertanyaan Muncul di Kepala Saya



PEBALAP atau PEMBALAP?
Ketika menjemput anak di rumah neneknya, saya selalu menyempatkan diri membaca surat kabar; surat kabar murah yang setiap hari dibeli bapak saya seharga 2.000 rupiah. Maklum, bapak saya sekarang sudah tidak berpenghasilan. Kendati murah, isinya lumayan meriah. Beritanya menarik, rubriknya asik, independen, dan yang spesial, koran tersebut menyediakan dua halaman khusus untuk memberitakan sepak terjang tim sepak bola kebanggaan: Bali United. Oke, tentang korannya segitu dulu ya, saya tidak mau berpanjang lebar. Nanti disangka promosi.

Hal pokok yang ingin saya ceritakan sebenarnya adalah tadi siang (Selasa, 10/04/2018) saya membaca berita menarik di halaman depan surat kabar tersebut. Judulnya “Rossi Marah Besar”. Dari judulnya saja sudah membuat penasaran. Juga ada foto Valentino Rossi, sepupu jauh saya yang jadi pembalap Yamaha, terjatuh bersama motornya yang bernomor 46. Di depannya sedikit, Marc Marques, pembalap Honda, menoleh sembari melambaikan tangan (konon sebagai tanda maaf). Karena ingin tahu apa yang sesungguhnya terjadi, langsung saja saya baca beritanya hingga tuntas.

Rupanya kemarahan besar Rossi seperti yang disebut dalam judul disebabkan Marc Marques menyeruduknya dari belakang sehingga dia terjungkal. Kelakuan Marques tersebut dianggapnya bisa membahayakan pembalap lain yang berada di lintasan. Dari tulisan di koran, ternyata Marques yang menunggang motor bernomor 93 dari awal sudah mencuri perhatian. Ketika start, motornya mati. Dia pun tercecer di belakang. Kemudian, mungkin lantaran hilang konsentrasi dan terlalu bernafsu ingin memperkecil jarak, dia hampir menabrak pembalap-pembalap lain sebelum akhirnya menjatuhkan Rossi. Kontan The Doctor marah besar dan tidak menerima permintaan maaf Marques.

Seusai membaca, saya tidak tenang. Pasalnya, ada sebuah pertanyaan terbit dalam kepala saya. Manakah yang benar, pebalap atau pembalap?

Dalam berita tersebut, penulis menggunakan kata pebalap, alih-alih pembalap. Awalnya saya kira salah ketik alias tipo, namun setelah saya baca hingga habis, kata yang digunakan memang semuanya pebalap.

Saya sendiri cenderung memilih pembalap sebagai bentuk yang benar. Biar yakin, saya buru-buru membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua cetakan kesepuluh tahun 1999 (lawas kan?) punya seorang kawan yang tak kunjung saya kembalikan sampai sekarang. Akhirnya saya temukan di sana tertera: pembalap, adalah nomina, dan artinya adalah orang yang turut dalam lomba adu cepat. Sedangkan pebalap tidak ada. Tuh kan, saya benar.

Mungkin si penulis ingin mengikuti bentuk-bentuk seperti pesepeda, pecatur, pegulat, petenis, pebulu tangkis, dan lain-lain. Semua bentuk itu memang betul. Artinya bentuk pebalap betul juga, dong? Eitts, tunggu dulu.

Dari yang pernah saya baca, kata pembalap bukan diturunkan langsung dari kata balap, melainkan membalap. Sama halnya dengan kata pemberi, pembeli, pembaca, dan pembuat yang diturunkan dari kata-kata memberi, membeli, membaca, dan membuat, bukan dari kata-kata beri, beli, baca, dan buat. Jadi tidak ada kata-kata peberi, pebeli, pebaca, ataupun pebuat.

Sedangkan bentuk-bentuk seperti pesepeda, pecatur, pegulat, petenis, dan pebulu tangkis memang diturunkan langsung dari kata sepeda, catur, gulat, tenis, dan bulu tangkis. Kan tidak lazim kita dengar bentuk menyepeda, menyatur, menggulat, menenis, maupun membulu tangkis. Jika bentuk tersebut memang ada, maka pelakunya akan menjadi penyepeda, penyatur, penggulat, penenis, dan pembulu tangkis.

Jadi, pebalap atau pembalap? Ya, pembalap-lah hehe..

Nah, itu menurut dari apa yang pernah saya pelajari, maaf bila ternyata saya keliru. Atau mungkin ada yang bisa memberi pendapat lain? Boleh tentang balapannya, boleh tentang pembahasan: manakah yang benar, pebalap atau pembalap?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar